Monday 10 August 2009

Manajemen Keperawatan - Ketenagaan

MANAJEMEN KEPERAWATAN

TUGAS MATA KULIAH
“KETENAGAAN”




KELOMPOK 3:
Anastasia Indrayati Ganis 1305007017
Dewi Kusumaningsih 1305000187
E.D. Sarzani 1305000276
Leo Ginting 1305000659
Luli Hanna R. Panjaitan 1305000713
Mia Ilmiawaty Sa’adah 1304000493
Dedi Irawan 0606102202



FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2009
KASUS
Ruang X adalah ruangan bedah kelas III yang merawat pasien laki-laki dewasa. Pada hari ini, jumlah pasien yang dirawat ada 15 dengan rician:

Box 1
Nama Diagnosa medis Tk. Ketergantungan
Tn. A Post operasi appendikstomi Self care
Tn. B Post operasi ileostomi Partial care
Tn. C Post operasi appendikstomi hari I Total care
Tn. D Pre operasi cholelithiasis Partial care
Tn. E Post operasi appendikstomi Partial care

Box 2
Nama Diagnosa medis Tk. Ketergantungan
Tn. F Fraktur cruris dextra Partial care
Tn. G Fraktur humerus sinistra Partial care
Tn. H Rencana amputasi ec. Burger desease Total care
Tn. I Fraktur fibula rencana pulang Self care
Tn. J Post operasi pengangkatan pen Self care
Tn. K Fraktur metacarpal Partial care

Box 3
Nama Diagnosa medis Tk. Ketergantungan
Tn. L Post operasi pemasangan WSD ec. Trauma Total care
Tn. M Fraktur humerus sinistra Partial care

Box 4
Nama Diagnosa medis Tk. Ketergantungan
Tn. N Post operasi ileostomi Total care
Tn. O Post operasi appendikstomi Partial care


TUGAS 8
Dalam suatu post conference di ruangan X, perawat A mengeluh hari ini sangat lelah karena banyak sekali yang harus ganti balutan. Perawat B tidak mau kalah, dia juga mengatakan hampir semua disuntik, satu pasien bisa 3-4 suntikan. Beberapa perawat lainnya tidak berkomentar terhadap situasi tersebut dan menganggap itu hal yang wajar yang memang tiap hari dilaksanakan. Anda adalah kepala ruangan baru yang ditunjuk untuk membenahi ruangan X. Berdasarkan pengamatan saudara metode penugasan apa yang dilaksanakan di ruangan? Apa rencana saudara? Buat analisa SWOT terhadap rencana tersebut.

Pembahasan kelompok
Dari kasus jelas terlihat bahwa satu perawat melaksanakan 1 jenis pekerjaan, misalnya perawat A khusus mengganti balutan, perawat B menyuntik. Hal ini mengindikasikan bahwa metode penugasan yang diterapkan dalam ruangan X tersebut adalah metode fungsional. Metode fungsional adalah metode penugasan yang pembagian tugasnya didasarkan pada jenis pekerjaan yang dilakukan.
Menurut kelompok kami, metode penugasan fungsional dalam suatu instansi pelayanan kesehatan, khususnya dalam suatu unit ruang rawat kurang tepat digunakan. Penerapan metode ini membuat perawat tidak dapat memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan comprehensive, karena pembagian tugasnya hanya pada jenis pekerjaan tertentu saja. Hal ini juga pada akhirnya menutup perawat untuk memiliki keahlian di bidang/tugas yang lain.
Padahal menurut teori dan konsep keperawatan yang sudah dipelajari bahwa asuhan keperawatan yang baik dan professional adalah asuhan keperawatan yang memberikan pelayanan keperawatan yang bersifat care, holistik dan comprehensive.

Walaupun demikian ada beberapa keuntungan dari metode fungsional:
Perawat terampil untuk tugas tertentu
Perawat mudah memproleh kepuasan kerja setelah selesai tugas
Kekurangan tenaga yang kompeten dapat digantikan oleh tenaga yang tidak berpengalaman untuk satu tugas.

Sedangkan kerugian penerapan metode ini adalah:
Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau tidak total sehingga proses keperawatan sulit diterapkan.
Setelah selesai tugas, banyak melakukan tugas non keperawatan
Perawat melihat askep hanya sebagai keterampilan saja

Dengan melihat keuntungan dan kerugian diatas, kelompok kami menilai kalau metode penugasan fungsional kurang tepat untuk diterapkan, tetapi metode penugasan yang tepat dalam suatu ruang rawat adalah metode tim. Sebagai kepala ruangan baru, kelompok kami akan merencanakan untuk mengganti metode fungsional yang dilaksanakan selama ini dengan metode penugasan tim.
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat untuk sekelompok kliem yang akan dipimpin oleh perawat yang berijazah, sudah berpengalaman serta memiliki pengetahuan di bidang keperawatan serta kepemimpinan. Metode tim ini memicu jiwa kepemimpinan dan keahlian bekerja dalam tim bagi perawat.
Pertimbangan untuk tidak memilih metode penugasan lain, seperti metode primer, moduler dan alokasi klien adalah karena metode-metode tersebut membutuhkan perawat yang sangat professional yang menangani klien sepenuhnya, bahkan ada yang harus bertangung jawab selama 24jam, hal tersebut akan memberikan perubahan yang sangat drastis bagi para perawat yang sebelumnya merekan hanya mengerjakan satu tugas saja. Jika dalam metode tim, perawat akan lebih mudah beradaptasi karena akan ada arahan dari ketua tim.

Langkah-langkah yang akan dilakukan, antara lain:
Bermusyawarah dengan perwakilan perawat, kepala ruangan yang lama dan menejer keperawatan mengenai metode penugasan baru yang akan ditawarkan yaitu metode tim.
Membandingkan SWOT pelaksanaan metode fungsional dan analisis SWOT metode tim. Dengan menggunakan metode tim diharapkan perawat akan terpacu untuk melakukan proses keperawatan dengan lebih baik. Perawat tidak bekerja seperti robot yang hanya melaksanakan satu tugas tertentu saja, tetapi akan lebih memahami klienya dan melakukan asuhan keperawatan dengan lebih teurapetik
Melakukan pembagian tugas yang jelas antara kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim. Anggota tim bertanggung jawab terhadap kliennya, tetapi berhak menerima bimbingan dari ketua tim. Dengan demikian, tidak hanya klien yang akan puas karena diberi pelayanan dengan baik dan terarah, tetapi perawat juga akan lebih puas karena ketrampilannya akan meningkat dan mereka dapat melihat perkembangan kesembuhan kliennya.


Bagan 1.
Struktur Metode Tim di Ruang X





Tanggung jawab kepala ruangan:
Menetapkan standar kinerja staff
Membantu ketua tim dalam menetapkan sasaran unit kerja
Memberikan kesempatan ketua tim dan membantu mengembangkan keterampilan manajemen dan kepemimpinan
Mengorientasikan staff baru
Menjadi narasumber bagi ketua dan anggota tim
Memotivasi staff untuk meningkatkan kualitas askep
Melakukan komunikasi terbuka.

Tanggung jawab ketua tim:
Mengkaji kebutuhan klien
Menerapkan tindakan keperawatan
Mengkoordinasi renpra dan pengobatan
Membimbing anggota tim
Meyakinkan semua hasil tindakan keperawatan tercatat
Menilai kemajuan klien secara langsung dan melalui laporan

Tanggung jawab anggota tim:
Bertanggung jawab kepada semua klien dalam tim
Mengikuti instruksi keperawatan yang tertera dalam renpra termasuk pengobatan
Melaporkan askep yang diberikan serta respon klien kepada ketua tim
Menerima bantuan dan bimbingan dari ketua tim



ANALISIS SWOT PELAKSANAAN METODE PENUGASAN TIM

Strength Weakness Opportunity Threat
Dengan menerapkan metode penugasan tim, maka keuntungannya adalah:
Terdapat ketua tim sebagai pemimpin yang dapat mengarahkan kerja tim.
Melatih kepemimpinan dalam keperawatan, terutama untuk perawat yang akan ditunjuk sebagai ketua tim atau PJ tim.
Perawat dapat meningkatkan ketrampilannya tidak hanya satu tindakan saja.
Tim yang solid dapat meningkatkan pelayanan keperawatan pada klien.
Pelaksanaan asuhan keperawatan dapat diterapkan dan lebih terarah.
Memungkinkan pendokumentasian dapat dilaksanakan dengan baik.
Setiap perawat bisa saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan.
Setiap perawat sudah memiliki keahliannya masing-masing. Dengan menerapkan metode penugasan tim, maka kerugiannya adalah:
Butuh waktu yang lama dalam rapat tim.
Memungkinkan terjadinya hambatan koordinasi dalam anggota tim.
Jika ketua tim tidak mampu mengatur penugasan anggota tim dengan baik maka memungkinkan kembali ke metode fungsional.
Perawat belum terbiasa dengan metode yang baru.
Perawat mengeluh sulit beradaptasi dengan metode penugasan yang baru
Kesulitan dalam pembagian tugas karena keahlian para perawat belum merata. Dengan menerapkan metode penugasan tim, maka keuntungannya adalah:
Kepuasan klien meningkat karena diberi pelayanan yang lebih baik.
RS menyediakan pelatihan untuk mendukung metode tim. ---------------


PENGORGANISASIAN DATA

Data Penunjang Data Penghambat Masalah
Perawat belum terbiasa dengan metode yang baru
Kesulitan dalam pembagian tugas karena keahlian para perawat belum merata.
Perawat mengeluh sulit beradaptasi dengan metode penugasan yang baru Butuh waktu yang lama dalam rapat tim.
Memungkinkan terjadinya hambatan koordinasi dalam anggota tim.
Jika ketua tim tidak mampu mengatur penugasan anggota tim dengan baik maka memungkinkan kembali ke metode fungsional.
Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim

Planning of Action


Masalah: Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim

Objektif Uraian kegiatan Prosedur/ strategi Target waktu Penanggung jawab Sasaran Metode Biaya
Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim 1.1 Mengadakan evaluasi penerapan metode penugasan fungsional Membuat form penilaian evaluasi penerapan metode penugasan fungsional 25 Maret- 4 April 2009
Kepala ruangan Seluruf staf perawat Tertulis Rp 10.000
Menggandakan form penilaian evaluasi penerapan metode penugasan fungsional
25 Maret- 4 April 2009
Tertulis Rp 8.500
Mengadakan proses evaluasi penerapan metode penugasan fungsional
April-Juni 2009 Observasi dan tertulis -
Mempresentasi hasil proses evaluasi penerapan metode penugasan fungsional Juni 2009 Manajer Perawat RS dan seluruh staf perawat ruang X Presentasi Rp 72.800


Planning of Action


Masalah: Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim

Objektif Uraian kegiatan Prosedur/ strategi Target waktu Penanggung jawab Sasaran Metode Biaya
Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim 1.2 Meningkatkan sosialisasi metode penugasan tim Membuat dan menyebarkan undangan pertemuan perwakilan perawat di ruang X 25 Maret - 4 April 2009
Kepala ruangan Perwakilan staf perawat di ruang X Tertulis Rp 15.000
Mengadakan rapat dan diskusi dengan seluruh staf tentang metode penugasan tim
4-5 April 2009 Diskusi Rp 83.200
Membuat publikasi sosialisasi metode penugasan tim 6 April 2009 Tertulis Rp 180.000









Planning of Action

Masalah: Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim
Objektif Uraian kegiatan Prosedur/ strategi Target waktu Penanggung jawab Sasaran Metode Biaya
Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim 1.3 Mengatur kembali pembagian shift seluruh staf perawat di ruang X Rumus menurut Douglas.
∑perawat=∑pasien ×derajat ketergantungan pasien
Jumlah klien di ruang X adalah 15 orang, dengan tingkat ketergantungan sbb:
Self care : 3 orang
Partial care : 8 orang
Total care : 5 orang
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan pershift adalah:
Shift pagi = 6 orang
Shift sore = 4 orang
Shift malam = 3 orang
Jumlah perawat dibagi menjadi 2 tim, antara lain:
Tim 1 (Box 1 dan 3)
Shift pagi = 3 orang
Shift sore = 2 orang
Shift malam = 1 orang (+ Katim)
Tim 2 (Box 2 dan 4)
Shift pagi = 3 orang
Shift sore = 2 orang
Shift malam = 2 orang 26 - 27 Maret 2009 Kepala ruangan Seluruh staf perawat Tertulis -
Planning of Action

Masalah: Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim
Objektif Uraian kegiatan Prosedur/ strategi Target waktu Penanggung jawab Sasaran Metode Biaya
Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim 1.4 Mengikutsertakan perawat dalam pelatihan Mendata perawat yang belum pernah mengikuti pelatihan 17-18 April 2009
Kepala ruangan Perawat ruangan yang belum pernah mengikuti pelatihan (9 orang)
Pendelegasian Rp. 9.000.000
Merekomendasikan perawat yang belum pernah mengikuti pelatihan 19 April 2009

Perawat yang direkomendasikan mengikuti pelatihan 20-22 April 2009


1.5 Mengadakan forum diskusi Mengatur jadwal efektif untuk forum diskusi

Mengadakan diskusi 17 Maret 2009
Setiap minggu (Sabtu) Kepala ruangan


Perwakilan staf ruang X Tertulis


Diskusi -


Rp 85.000

TUGAS 9
Berdasarkan situasi tersebut di atas, identifikasi jumlah tenaga keperawatan ideal yang dibutuhkan di ruangan X.

Berdasarkan data yang ada, maka rumus yang tepat digunakan untuk menghitung jumlah tenaga keperawatan yang ideal pada kasus diatas adalah rumus menurut Douglas.
∑perawat=∑pasien ×derajat ketergantungan pasien

Jumlah klien di ruang X adalah 15 orang, dengan tingkat ketergantungan sbb:
Self care : 3 orang
Partial care : 8 orang
Total care : 5 orang
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan pershift adalah sbb:
Shift Pagi
Self care:
∑ perawat = ∑ pasien × derajat ketergantungan pasien
= 3 × 0,17
= 0,51
Partial care:
∑ perawat = ∑ pasien × derajat ketergantungan pasien
= 8 × 0,27
= 2,16
Total care:
∑ perawat = ∑ pasien × derajat ketergantungan pasien
= 5 × 0,36
= 1,8
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang X pada shift pagi adalah 0,51 + 2,16 +1,8 = 4,47 + 25% total shift pagi = 4,47 + 1,12 = 5,59



Shift sore
Self care:
∑ perawat = ∑ pasien × derajat ketergantungan pasien
= 3 × 0,14
= 0,42
Partial care:
∑ perawat = ∑ pasien × derajat ketergantungan pasien
= 8 × 0,15
= 1,2
Total care:
∑ perawat = ∑ pasien × derajat ketergantungan pasien
= 5 × 0,3
= 1,5
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang X pada shift sore adalah 0,42 + 1,2 + 1,5 = 3,12 + 25% total shift sore = 3,12 + 0,78 = 3,9

Shift malam
Self care:
∑ perawat = ∑ pasien × derajat ketergantungan pasien
= 3 × 0, 07
= 0,21
Partial care:
∑ perawat = ∑ pasien × derajat ketergantungan pasien
= 8 × 0,1
= 0,8
Total care:
∑ perawat = ∑ pasien × derajat ketergantungan pasien
= 5 × 0,2
= 1
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang X pada shift malam adalah 0,21 + 0, 8 + 1 = 2,01 + 25% total shift malam = 2,01 + 0,503 = 2, 513

Dari hasil perhitungan jumlah perawat per shift, maka total perawat ideal yang dibutuhkan di ruangan X adalah, sbb:
Total perawat = ∑ perawat shift pagi + ∑ perawat shift sore + ∑ perawat shift malam
= 4,47 + 3,12 + 2,01
= 9,6

Berarti total perawat yang dibutuhkan di ruang X adalah 10 orang.
Untuk mengantisipasi perawat yang tidak bisa masuk atau off , jumlah perawat ditambah 25% total perawat.
Maka total perawat yang dibutuhkan adalah 10 + 2,5 = 12,5. Sehingga total perawat yang dibutuhkan adalah 13 orang.

Sumber
Gillies, Dee Ann. (1994). Nursing management: A systems approach. 3rd ed. USA: W.B Saunders Company.

No comments:

Post a Comment