Monday 10 August 2009

GAD (Generalized Anxiety Disorder)

Hallo my beloved friends...
Nice to see you all again pass through my blog.

Hmmm, i just want to share about my Morning Prayer (MP)'s topic (in Bahasa= Saat teduh/Sate)to all of you.
In short, it tells like this:

Friends, sometimes may be we feel anxiety. A little anxiety is normal, but if constant it's wrong. Actually, i often percieved people worry about their future, health, relations, economic, and many more. If it always describes you, perhaps you have a generalizes anxiety disorder (GAD). What is that?
GAD, a condition that sign herald by a chronic perceptual state of worry about most aspect of life, uncontrolable worry.

I am sure all of you will not like this situation. So what must we do, when anxiety is appearing? Are you a chronic worrier? Let God be responsible for your anxieties. Stop worrying and start trusting Him completly. Just it. Trust Him...

To be continued...

Manajemen Keperawatan - Ketenagaan

MANAJEMEN KEPERAWATAN

TUGAS MATA KULIAH
“KETENAGAAN”




KELOMPOK 3:
Anastasia Indrayati Ganis 1305007017
Dewi Kusumaningsih 1305000187
E.D. Sarzani 1305000276
Leo Ginting 1305000659
Luli Hanna R. Panjaitan 1305000713
Mia Ilmiawaty Sa’adah 1304000493
Dedi Irawan 0606102202



FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2009
KASUS
Ruang X adalah ruangan bedah kelas III yang merawat pasien laki-laki dewasa. Pada hari ini, jumlah pasien yang dirawat ada 15 dengan rician:

Box 1
Nama Diagnosa medis Tk. Ketergantungan
Tn. A Post operasi appendikstomi Self care
Tn. B Post operasi ileostomi Partial care
Tn. C Post operasi appendikstomi hari I Total care
Tn. D Pre operasi cholelithiasis Partial care
Tn. E Post operasi appendikstomi Partial care

Box 2
Nama Diagnosa medis Tk. Ketergantungan
Tn. F Fraktur cruris dextra Partial care
Tn. G Fraktur humerus sinistra Partial care
Tn. H Rencana amputasi ec. Burger desease Total care
Tn. I Fraktur fibula rencana pulang Self care
Tn. J Post operasi pengangkatan pen Self care
Tn. K Fraktur metacarpal Partial care

Box 3
Nama Diagnosa medis Tk. Ketergantungan
Tn. L Post operasi pemasangan WSD ec. Trauma Total care
Tn. M Fraktur humerus sinistra Partial care

Box 4
Nama Diagnosa medis Tk. Ketergantungan
Tn. N Post operasi ileostomi Total care
Tn. O Post operasi appendikstomi Partial care


TUGAS 8
Dalam suatu post conference di ruangan X, perawat A mengeluh hari ini sangat lelah karena banyak sekali yang harus ganti balutan. Perawat B tidak mau kalah, dia juga mengatakan hampir semua disuntik, satu pasien bisa 3-4 suntikan. Beberapa perawat lainnya tidak berkomentar terhadap situasi tersebut dan menganggap itu hal yang wajar yang memang tiap hari dilaksanakan. Anda adalah kepala ruangan baru yang ditunjuk untuk membenahi ruangan X. Berdasarkan pengamatan saudara metode penugasan apa yang dilaksanakan di ruangan? Apa rencana saudara? Buat analisa SWOT terhadap rencana tersebut.

Pembahasan kelompok
Dari kasus jelas terlihat bahwa satu perawat melaksanakan 1 jenis pekerjaan, misalnya perawat A khusus mengganti balutan, perawat B menyuntik. Hal ini mengindikasikan bahwa metode penugasan yang diterapkan dalam ruangan X tersebut adalah metode fungsional. Metode fungsional adalah metode penugasan yang pembagian tugasnya didasarkan pada jenis pekerjaan yang dilakukan.
Menurut kelompok kami, metode penugasan fungsional dalam suatu instansi pelayanan kesehatan, khususnya dalam suatu unit ruang rawat kurang tepat digunakan. Penerapan metode ini membuat perawat tidak dapat memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan comprehensive, karena pembagian tugasnya hanya pada jenis pekerjaan tertentu saja. Hal ini juga pada akhirnya menutup perawat untuk memiliki keahlian di bidang/tugas yang lain.
Padahal menurut teori dan konsep keperawatan yang sudah dipelajari bahwa asuhan keperawatan yang baik dan professional adalah asuhan keperawatan yang memberikan pelayanan keperawatan yang bersifat care, holistik dan comprehensive.

Walaupun demikian ada beberapa keuntungan dari metode fungsional:
Perawat terampil untuk tugas tertentu
Perawat mudah memproleh kepuasan kerja setelah selesai tugas
Kekurangan tenaga yang kompeten dapat digantikan oleh tenaga yang tidak berpengalaman untuk satu tugas.

Sedangkan kerugian penerapan metode ini adalah:
Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau tidak total sehingga proses keperawatan sulit diterapkan.
Setelah selesai tugas, banyak melakukan tugas non keperawatan
Perawat melihat askep hanya sebagai keterampilan saja

Dengan melihat keuntungan dan kerugian diatas, kelompok kami menilai kalau metode penugasan fungsional kurang tepat untuk diterapkan, tetapi metode penugasan yang tepat dalam suatu ruang rawat adalah metode tim. Sebagai kepala ruangan baru, kelompok kami akan merencanakan untuk mengganti metode fungsional yang dilaksanakan selama ini dengan metode penugasan tim.
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat untuk sekelompok kliem yang akan dipimpin oleh perawat yang berijazah, sudah berpengalaman serta memiliki pengetahuan di bidang keperawatan serta kepemimpinan. Metode tim ini memicu jiwa kepemimpinan dan keahlian bekerja dalam tim bagi perawat.
Pertimbangan untuk tidak memilih metode penugasan lain, seperti metode primer, moduler dan alokasi klien adalah karena metode-metode tersebut membutuhkan perawat yang sangat professional yang menangani klien sepenuhnya, bahkan ada yang harus bertangung jawab selama 24jam, hal tersebut akan memberikan perubahan yang sangat drastis bagi para perawat yang sebelumnya merekan hanya mengerjakan satu tugas saja. Jika dalam metode tim, perawat akan lebih mudah beradaptasi karena akan ada arahan dari ketua tim.

Langkah-langkah yang akan dilakukan, antara lain:
Bermusyawarah dengan perwakilan perawat, kepala ruangan yang lama dan menejer keperawatan mengenai metode penugasan baru yang akan ditawarkan yaitu metode tim.
Membandingkan SWOT pelaksanaan metode fungsional dan analisis SWOT metode tim. Dengan menggunakan metode tim diharapkan perawat akan terpacu untuk melakukan proses keperawatan dengan lebih baik. Perawat tidak bekerja seperti robot yang hanya melaksanakan satu tugas tertentu saja, tetapi akan lebih memahami klienya dan melakukan asuhan keperawatan dengan lebih teurapetik
Melakukan pembagian tugas yang jelas antara kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim. Anggota tim bertanggung jawab terhadap kliennya, tetapi berhak menerima bimbingan dari ketua tim. Dengan demikian, tidak hanya klien yang akan puas karena diberi pelayanan dengan baik dan terarah, tetapi perawat juga akan lebih puas karena ketrampilannya akan meningkat dan mereka dapat melihat perkembangan kesembuhan kliennya.


Bagan 1.
Struktur Metode Tim di Ruang X





Tanggung jawab kepala ruangan:
Menetapkan standar kinerja staff
Membantu ketua tim dalam menetapkan sasaran unit kerja
Memberikan kesempatan ketua tim dan membantu mengembangkan keterampilan manajemen dan kepemimpinan
Mengorientasikan staff baru
Menjadi narasumber bagi ketua dan anggota tim
Memotivasi staff untuk meningkatkan kualitas askep
Melakukan komunikasi terbuka.

Tanggung jawab ketua tim:
Mengkaji kebutuhan klien
Menerapkan tindakan keperawatan
Mengkoordinasi renpra dan pengobatan
Membimbing anggota tim
Meyakinkan semua hasil tindakan keperawatan tercatat
Menilai kemajuan klien secara langsung dan melalui laporan

Tanggung jawab anggota tim:
Bertanggung jawab kepada semua klien dalam tim
Mengikuti instruksi keperawatan yang tertera dalam renpra termasuk pengobatan
Melaporkan askep yang diberikan serta respon klien kepada ketua tim
Menerima bantuan dan bimbingan dari ketua tim



ANALISIS SWOT PELAKSANAAN METODE PENUGASAN TIM

Strength Weakness Opportunity Threat
Dengan menerapkan metode penugasan tim, maka keuntungannya adalah:
Terdapat ketua tim sebagai pemimpin yang dapat mengarahkan kerja tim.
Melatih kepemimpinan dalam keperawatan, terutama untuk perawat yang akan ditunjuk sebagai ketua tim atau PJ tim.
Perawat dapat meningkatkan ketrampilannya tidak hanya satu tindakan saja.
Tim yang solid dapat meningkatkan pelayanan keperawatan pada klien.
Pelaksanaan asuhan keperawatan dapat diterapkan dan lebih terarah.
Memungkinkan pendokumentasian dapat dilaksanakan dengan baik.
Setiap perawat bisa saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan.
Setiap perawat sudah memiliki keahliannya masing-masing. Dengan menerapkan metode penugasan tim, maka kerugiannya adalah:
Butuh waktu yang lama dalam rapat tim.
Memungkinkan terjadinya hambatan koordinasi dalam anggota tim.
Jika ketua tim tidak mampu mengatur penugasan anggota tim dengan baik maka memungkinkan kembali ke metode fungsional.
Perawat belum terbiasa dengan metode yang baru.
Perawat mengeluh sulit beradaptasi dengan metode penugasan yang baru
Kesulitan dalam pembagian tugas karena keahlian para perawat belum merata. Dengan menerapkan metode penugasan tim, maka keuntungannya adalah:
Kepuasan klien meningkat karena diberi pelayanan yang lebih baik.
RS menyediakan pelatihan untuk mendukung metode tim. ---------------


PENGORGANISASIAN DATA

Data Penunjang Data Penghambat Masalah
Perawat belum terbiasa dengan metode yang baru
Kesulitan dalam pembagian tugas karena keahlian para perawat belum merata.
Perawat mengeluh sulit beradaptasi dengan metode penugasan yang baru Butuh waktu yang lama dalam rapat tim.
Memungkinkan terjadinya hambatan koordinasi dalam anggota tim.
Jika ketua tim tidak mampu mengatur penugasan anggota tim dengan baik maka memungkinkan kembali ke metode fungsional.
Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim

Planning of Action


Masalah: Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim

Objektif Uraian kegiatan Prosedur/ strategi Target waktu Penanggung jawab Sasaran Metode Biaya
Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim 1.1 Mengadakan evaluasi penerapan metode penugasan fungsional Membuat form penilaian evaluasi penerapan metode penugasan fungsional 25 Maret- 4 April 2009
Kepala ruangan Seluruf staf perawat Tertulis Rp 10.000
Menggandakan form penilaian evaluasi penerapan metode penugasan fungsional
25 Maret- 4 April 2009
Tertulis Rp 8.500
Mengadakan proses evaluasi penerapan metode penugasan fungsional
April-Juni 2009 Observasi dan tertulis -
Mempresentasi hasil proses evaluasi penerapan metode penugasan fungsional Juni 2009 Manajer Perawat RS dan seluruh staf perawat ruang X Presentasi Rp 72.800


Planning of Action


Masalah: Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim

Objektif Uraian kegiatan Prosedur/ strategi Target waktu Penanggung jawab Sasaran Metode Biaya
Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim 1.2 Meningkatkan sosialisasi metode penugasan tim Membuat dan menyebarkan undangan pertemuan perwakilan perawat di ruang X 25 Maret - 4 April 2009
Kepala ruangan Perwakilan staf perawat di ruang X Tertulis Rp 15.000
Mengadakan rapat dan diskusi dengan seluruh staf tentang metode penugasan tim
4-5 April 2009 Diskusi Rp 83.200
Membuat publikasi sosialisasi metode penugasan tim 6 April 2009 Tertulis Rp 180.000









Planning of Action

Masalah: Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim
Objektif Uraian kegiatan Prosedur/ strategi Target waktu Penanggung jawab Sasaran Metode Biaya
Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim 1.3 Mengatur kembali pembagian shift seluruh staf perawat di ruang X Rumus menurut Douglas.
∑perawat=∑pasien ×derajat ketergantungan pasien
Jumlah klien di ruang X adalah 15 orang, dengan tingkat ketergantungan sbb:
Self care : 3 orang
Partial care : 8 orang
Total care : 5 orang
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan pershift adalah:
Shift pagi = 6 orang
Shift sore = 4 orang
Shift malam = 3 orang
Jumlah perawat dibagi menjadi 2 tim, antara lain:
Tim 1 (Box 1 dan 3)
Shift pagi = 3 orang
Shift sore = 2 orang
Shift malam = 1 orang (+ Katim)
Tim 2 (Box 2 dan 4)
Shift pagi = 3 orang
Shift sore = 2 orang
Shift malam = 2 orang 26 - 27 Maret 2009 Kepala ruangan Seluruh staf perawat Tertulis -
Planning of Action

Masalah: Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim
Objektif Uraian kegiatan Prosedur/ strategi Target waktu Penanggung jawab Sasaran Metode Biaya
Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim 1.4 Mengikutsertakan perawat dalam pelatihan Mendata perawat yang belum pernah mengikuti pelatihan 17-18 April 2009
Kepala ruangan Perawat ruangan yang belum pernah mengikuti pelatihan (9 orang)
Pendelegasian Rp. 9.000.000
Merekomendasikan perawat yang belum pernah mengikuti pelatihan 19 April 2009

Perawat yang direkomendasikan mengikuti pelatihan 20-22 April 2009


1.5 Mengadakan forum diskusi Mengatur jadwal efektif untuk forum diskusi

Mengadakan diskusi 17 Maret 2009
Setiap minggu (Sabtu) Kepala ruangan


Perwakilan staf ruang X Tertulis


Diskusi -


Rp 85.000

TUGAS 9
Berdasarkan situasi tersebut di atas, identifikasi jumlah tenaga keperawatan ideal yang dibutuhkan di ruangan X.

Berdasarkan data yang ada, maka rumus yang tepat digunakan untuk menghitung jumlah tenaga keperawatan yang ideal pada kasus diatas adalah rumus menurut Douglas.
∑perawat=∑pasien ×derajat ketergantungan pasien

Jumlah klien di ruang X adalah 15 orang, dengan tingkat ketergantungan sbb:
Self care : 3 orang
Partial care : 8 orang
Total care : 5 orang
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan pershift adalah sbb:
Shift Pagi
Self care:
∑ perawat = ∑ pasien × derajat ketergantungan pasien
= 3 × 0,17
= 0,51
Partial care:
∑ perawat = ∑ pasien × derajat ketergantungan pasien
= 8 × 0,27
= 2,16
Total care:
∑ perawat = ∑ pasien × derajat ketergantungan pasien
= 5 × 0,36
= 1,8
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang X pada shift pagi adalah 0,51 + 2,16 +1,8 = 4,47 + 25% total shift pagi = 4,47 + 1,12 = 5,59



Shift sore
Self care:
∑ perawat = ∑ pasien × derajat ketergantungan pasien
= 3 × 0,14
= 0,42
Partial care:
∑ perawat = ∑ pasien × derajat ketergantungan pasien
= 8 × 0,15
= 1,2
Total care:
∑ perawat = ∑ pasien × derajat ketergantungan pasien
= 5 × 0,3
= 1,5
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang X pada shift sore adalah 0,42 + 1,2 + 1,5 = 3,12 + 25% total shift sore = 3,12 + 0,78 = 3,9

Shift malam
Self care:
∑ perawat = ∑ pasien × derajat ketergantungan pasien
= 3 × 0, 07
= 0,21
Partial care:
∑ perawat = ∑ pasien × derajat ketergantungan pasien
= 8 × 0,1
= 0,8
Total care:
∑ perawat = ∑ pasien × derajat ketergantungan pasien
= 5 × 0,2
= 1
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang X pada shift malam adalah 0,21 + 0, 8 + 1 = 2,01 + 25% total shift malam = 2,01 + 0,503 = 2, 513

Dari hasil perhitungan jumlah perawat per shift, maka total perawat ideal yang dibutuhkan di ruangan X adalah, sbb:
Total perawat = ∑ perawat shift pagi + ∑ perawat shift sore + ∑ perawat shift malam
= 4,47 + 3,12 + 2,01
= 9,6

Berarti total perawat yang dibutuhkan di ruang X adalah 10 orang.
Untuk mengantisipasi perawat yang tidak bisa masuk atau off , jumlah perawat ditambah 25% total perawat.
Maka total perawat yang dibutuhkan adalah 10 + 2,5 = 12,5. Sehingga total perawat yang dibutuhkan adalah 13 orang.

Sumber
Gillies, Dee Ann. (1994). Nursing management: A systems approach. 3rd ed. USA: W.B Saunders Company.

Manajemen Keperawatan - Perencanaan/Planning

MANAJEMEN KEPERAWATAN


TUGAS MATA KULIAH
“PERENCANAAN”





KELOMPOK 3:
Anastasia Indrayati Ganis 1305007017
Dewi Kusumaningsih 1305000187
E.D. Sarzani 1305000276
Leo Ginting 1305000659
Luli Hanna R. Panjaitan 1305000713
Mia Ilmiawaty Sa’adah 1304000493
Dedi Irawan 0606102202



FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2009


A. PENDAHULUAN

Perencanaan dalam manajemen keperawatan memiliki peranan penting dalam fungsi manajemen keperawatan. Perencanaan merupakan dasar untuk melakukan kegiatan. Tanpa adanya perencanaan yang baik, maka proses manajemen tidak akan berjalan dengan baik (Marquis & Huston, 2000).
Seorang manajer keperawatan harus memiliki kemampuan leadership/ kepemimpinan yang baik seperti keterampilan membuat visi dan kreativitas (Marquis & Huston, 2000). Visi berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai. Oleh karena itu, visi tersebut membantu manajer keperawatan untuk dapat membuat perencanaan yang adekuat, sehingga tanpa adanya visi maka tujuan-tujuan yang akan dicapai tidak akan dapat dibayangkan apalagi direncanakan.
Perencanaan dalam manajemen keperawatan tentu tidak terlepas dari kaitannya dengan perawat sebagai pemberi layanan keperawatan dan masyarakat sebagai penerima layanan keperawatan. Swansburg (1999) menyatakan bahwa perencanaan dalam keperawatan dapat memastikan klien atau pasien akan menerima layanan keperawatan yang mereka butuhkan dan inginkan. Selain itu, pelayanan-pelayanan tersebut dapat diberikan oleh perawat-perawat yang memiliki kepuasan bekerja.


B. Tinjauan Teoritis Perencanaan

Perencanaan dapat diartikan dengan memutuskan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan, siapa yang akan mengerjakan, bagaimana, kapan, dan dimana sesuatu itu akan dilakukan (Marquis & Huston, 2000).
Perencanaan adalah sebuah proses berkelanjutan yang diawali dengan menyusun tujuan, capaian, dan rencana-rencana tindakan untuk mencapai tujuan tersebut, mempertimbangkan proses dan hasil, memberikan umpan balik kepada personel, dan memodifikasi rencana-rencana (tersebut) saat diperlukan (Swansburg, 1999).
Dalam keperawatan perencanaan membantu untuk memastikan pasien pasien akan menerima pelayanan keperawatan sesuai dengan keinginan atau kebutuhan klien (Swansburg, 1999)


Tujuan perencanaan
1. Meningkatkan pencapaian kesuksesan difokuskan pada hasil bukan pelaksanaan
2. Menuntut kita untuk berpikir kritis dan mengevaluasi alternative-alternatif yang bisa mengembangkan atau mengubah keputusan
3. Membentuk suatu struktur untuk pengambilan keputusan yang konsisten sesuai dengan tujuan top management
4. Mengajak atau menggerakan orang-orang untuk bekerja atau bertindak aktif daripada bersikap reaktif
5. Mengatur kegiatan hari-perhari atau kegiatan jangka pangjang yang terfokus
6. Membantu menghindari krisis manajemen dan memberikn fleksibilitas pengambilanan keputusan
7. Menyediakan suatu dasar untuk mengatur organisasi dan performa individu
8. Meningkatkan keterlibatan karyawan dan mengembangkan komunikasi
9. Membuat efektifitas kerja dan biaya


Perencanaan Tenaga Keperawatan

Perencanaan tenaga atau staffing merupakan salah satu fungsi utama seorang pemimpin organisasi, termasuk organisasi keperawatan. Penentuan tenaga keperawatan dipengaruhi oleh keinginan untuk menggunakan tenaga keperawatan yang sesuai. Untuk lebih akuratnya dalam perencanaan tenaga keperawatan, maka pimpinan keperawatan harus mempunyai keyakinan tertentu dalam organisasinya, seperti rasio antara perawat dan klien saat shift pagi atau sore adalah 1:5, untuk malam hari di ruang rawat 1:10.
Berdasarkan surat keputusan menteri kesehatan No. 262 Tahun 1979, kebutuhan tenaga didasarkan pada rasio tempat tidur yang tersedia di kelas masing-masing. Misalnya rumah sakit kelas D, tempat tidur: tenaga keperawatan = 2:1.
Menurut Wastler dalam Swansburg tahun 1999, proporsi tenaga keperawatan dibagi per shift :
- Dinas pagi 47 %
- Dinas sore 36 %
- Dinas malam 17 %
Kasus Pemicu dan Pembahasan
 Kasus:
Anda adalah seorang kepala ruang rawat bedah laki-laki dengan 34 TT dan BOR 85%. Staf anda terdiri dari 15 perawat, 4 POS, 1 tenaga administrasi, & 3 cleaning service. Hasil survey direktur keperawatan saudara menunjukkan adanya ketidakpuasan dari pelanggan saudara (75% pelanggan ekternal & 68% pelanggan internal). Bagaimana proses perencanaan saudara menanggapi permasalahan diatas?

 Pembahasan
Proses Perencanaan

Hierarki perencanaan, meliputi:
Rumah Sakit Ojo Radiat

Visi
Terwujudnya Rumah Sakit Ojo Radiat sebagai rujukan utama daerah di Jawa Barat yang unggul, mandiri dan berkualitas dalam pelayanan bedah secara holistik tahun 2020.
Misi
a. Mewujudkan pelayanan kesehatan profesional, bermutu dan bersahabat untuk mewujudkan kepuasan pelanggan.
b. Mengembangkan jiwa (sikap mental) wirausaha dalam menyelenggarakan pelayanan mandiri yang bertumpu pada pemberdayaan seluruh potensi rumah sakit dan penggolongan kemitraan seluas-luasnya.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bedah dalam kedudukannya sebagai pusat rujukan daerah, pendidikan dan pengembangan keilmuan di bidang kesehatan bedah.
d. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan yang bermutu.
Hierarki perencanaan ruang rawat Arjuna, meliputi:
1 Visi
Terwujudnya ruang rawat bedah laki-laki berkualitas tinggi yang memberikan perawatan secara holistik tahun 2020.
2 Misi
a. Memberikan pelayanan perawatan bedah laki-laki yang profesional, bermutu dan bersahabat untuk mewujudkan kepuasan pelanggan.
b. Memberikan perawatan bedah laki-laki dalam kedudukannya sebagai pusat rujukan daerah.
c. Memberikan pelatihan-pelatihan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas perawatan bedah.
d. Mendorong dan memfasilitasi tenaga kesehatan untuk mengadakan penelitian perawatan bedah di ruang rawat bedah laki-laki.
3 Filosofi
Profesional dalam melayani
4 Tujuan
Tujuan jangka panjang
Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal secara holistik dan berbasis evidence based practice.
Tujuan jangka pendek
- Mengoptimalkan proses penyembuhan klien dengan memberikan asuhan keperawatan yang holistik di ruang rawat bedah laki-laki
- Mencegah terjadinya infeksi nosokomial di ruang rawat bedah laki-laki
- Memandirikan klien dan keluarga pasca operasi dan reabilitasi
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan secara kontinu.
- Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berbasis evidence based practice
5 Kebijakan
a. Gaya kepemimpinan kepala ruangan bersifat situasional.
b. Kepala ruangan melakukan sistem reward dan punishment kepada staf.
c. Kepala ruangan melibatkan stafnya dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan.
d. Kepala ruangan mengupayakan kebijakan pelatihan klinik tenaga kesehatan.
e. Merekomendasikan tenaga kesehatan yang kinerjanya baik kepada pihak rumah sakit untuk diikutsertakan dalam program beasiswa.
f. Kepala ruangan selalu mengevaluasi kinerja stafnya setiap satu bulan sekali.
g. Mengoptimalkan sistem pendokumentasian keperawatan.
h. Memiliki standar operasional prosedur.




6. Prosedur
Pasien yang keluar dari ruang UGD akan diantar ke ruang rawat. Di ruang rawat, bagian administrasi akan menerima informasi penerimaan pasien baru tersebut dengan rincian:
1) informasi kelas yang akan dipilih
2) informasi pola tarif
3) informasi persyaratan
4) tanda tangan perjanjian
5) pengecekan kembali status klien dan memasukkan ke buku register baru.
Setelah itu, kepala ruangan memeriksa atau melengkapi informasi atau status klien dengan memperhatikan surat pengantar rawat pasien dari poli UGD, memperhatikan instruksi yang tertera dari perawatan di UGD dan melakukan pengecekan ulang mengenai kelengkapan data pasien. Di lain pihak, perawat menyiapkan tempat tidur yang siap pakai, lengkap dengan set KDM. Setelah melengkapi proses administrasi, perawat menerima pasien dengan 5SP (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun, Profesional), kemudian memindahkan pasien ke tempat tidur yang telah disiapkan, mengatur kenyamanan pasien, memberikan info mengenai fasilitas yang terdapat di ruangan, lalu memulai proses keperawatan.

Tahap/Langkah Perencanaan

1. Pengumpulan data
• Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki visi & misi yang jelas
• Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki SOP yang jelas
• Rumah sakit mengadakan pelatihan seminar medikal bedah untuk tenaga kesehatan
• Kapasitas TT di ruang rawat bedah laki-laki adalah 34 buah
• Bed Occupied Rate (BOR) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 85 % (34 x 85 % = 29 TT yang terpakai). Hal ini dikarenakan sesuai standar idealnya BOR adalah 60-85%.
• Perawat bersertifikasi bedah 3 orang dari 15 orang (20 %)
• Jumlah perawat yang berusia 31-40 tahun adalah 6 orang (37,5 %) dan berpengalaman.
• Ruangan:
- Terdapat 5 kamar untuk kelas tiga, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT non AC
- Terdapat 2 kamar untuk kelas dua, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT AC
- Teradapat 2 kamar untuk kelas satu, dengan masing-masing kamar terdiri dari 2 TT AC
- Terdapat 2 kamar isolasi, dengan masing-masing kamar terdiri dari 1 TT
- Kondisi bangunan ruangan kokoh
- Peralatan yang ada di ruangan bedah lengkap
• Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan eksternal sebesar 75%.
• Dalam satu tahun terakhir terdapat 4 kasus malpraktik yang dikeluhkan oleh keluarga pasien.
• Pada kotak kritik dan saran terdapat banyak komentar mengenai perawat yang tidak ramah.
• Length of Stay (LOS) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 10-12 hari, dengan ALOS adalah 11 hari.Hal ini tidak sesuai dengan standar ideal LOS yakni 6-9 hari.
• Rasio perawat masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah tempat tidur/ jumlah klien.
• Terdapat 80% perawat yang belum memiliki sertifikasi bedah.
• Dokumentasi asuhan keperawatan masih kurang baik.
• Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan internal sebesar 68%.
• Hasil survey kepala ruangan menunjukkan bahwa 67% perawat dan staf lainnya tidak mengetahui dengan jelas visi misi ruang rawat dan RS.
• Hanya terdapat satu publikasi visi misi ruang rawat yang terpajang di figura kecil yang tidak menarik untuk dibaca di ruang rawat tersebut.
• Tidak terdapat visi dan misi RS yang terpajang di ruang rawat tersebut.
• Perawat banyak mengeluhkan sulit untuk mendapat fasilitas untuk melanjutkan pendidikannya.
• Jumlah S1 keperawatan hanya 2 orang, sementara yang lainnya adalah lulusan D3 dan masih ada yang SPK.
• Terdapat 80% perawat yang belum mendapat sertifikasi bedah, padahal mereka bekerja di ruang rawat bedah.
• Perawat mengaku masih bingung dan belum tahu jelas mengenai SOP asuhan keperawatan bedah.
• Tidak adanya SOP tertulis di ruang rawat tersebut.
• Beban kerja perawat cukup berat dan melelahkan karena tidak sesuai dengan proporsi
• Sebagai RS tipe B, seharusnya rasio perawat: TT yaitu 1:1, sehingga dengan 34 TT seharusnya tersedia 34 perawat.
• Rumah sakit menjalin link atau hubungan kerjasama dengan organisasi PPNI
• Adanya PPNI komisariat RS yang menaungi profesi keperawatan
• Satu orang perawat pendidikan D3 keperawatan sedang melanjutkan pendidikan S1 Keperawatan dan masih tetap bekerja
• Berdasarkan usia tenaga keperawatan antara lain,
 Usia 20-25 tahun : 4 orang (25 %)
 Usia 26-30 tahun : 6 orang (37,5 %)
Hal ini dikarenakan ada peluang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
• RS kurang mensosialisasikan SOP keperawatan dengan baik.
• Realisasi program beasiswa dari RS kurang dirasakan oleh perawat.
• Buku Pedoman Pasien baru belum sempurna (catatan perkembangan, petugas yang mera-wat, persiapan pasien pulang dan orientasi penerimaan pasien baru belum dilaksanakan sesuai pedoman).
• Belum ada rencana dari RS untuk menambah jumlah perawat.
• Kurangnya pelatihan dan workshop untuk perawat.
• Di sekitar rumah sakit terdapat rumah sakit swasta lainnya yang memiliki fasilitas lengkap.
• Banyak klien yang mengeluhkan kepada kepala ruangan bahwa perawat kurang memberikan pendidikan kesehatan pada klien sehingga klien tidak mendapatkan informasi yang jelas.
• Banyak keluarga klien yang mengatakan kepada kepala ruang rawat bahwa perawat kurang ramah dan jarang tersenyum.

2. Analisis lingkungan  Analisa SWOT

Strength :
• Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki visi & misi yang jelas
• Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki SOP yang jelas
• Rumah sakit mengadakan pelatihan seminar medikal bedah untuk tenaga kesehatan
• Kapasitas TT di ruang rawat bedah laki-laki adalah 34 buah
• Bed Occupied Rate (BOR) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 85 % (34 x 85 % = 29 TT yang terpakai). Hal ini dikarenakan sesuai standar idealnya BOR adalah 60-85%.
• Perawat bersertifikasi bedah 3 orang dari 15 orang (20 %)
• Jumlah perawat yang berusia 31-40 tahun adalah 6 orang (37,5 %) dan berpengalaman.
• Ruangan:
- Terdapat 5 kamar untuk kelas tiga, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT non AC
- Terdapat 2 kamar untuk kelas dua, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT AC
- Teradapat 2 kamar untuk kelas satu, dengan masing-masing kamar terdiri dari 2 TT AC
- Terdapat 2 kamar isolasi, dengan masing-masing kamar terdiri dari 1 TT
- Kondisi bangunan ruangan kokoh
- Peralatan yang ada di ruangan bedah lengkap



Weakness:
• Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan eksternal sebesar 75%.
• Dalam satu tahun terakhir terdapat 4 kasus malpraktik yang dikeluhkan oleh keluarga pasien.
• Pada kotak kritik dan saran terdapat banyak komentar mengenai perawat yang tidak ramah.
• Length of Stay (LOS) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 10-12 hari, dengan ALOS adalah 11 hari.Hal ini tidak sesuai dengan standar ideal LOS yakni 6-9 hari.
• Rasio perawat masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah tempat tidur/ jumlah klien.
• Terdapat 80% perawat yang belum memiliki sertifikasi bedah.
• Dokumentasi asuhan keperawatan masih kurang baik.
• Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan internal sebesar 68%.
• Hasil survey kepala ruangan menunjukkan bahwa 67% perawat dan staf lainnya tidak mengetahui dengan jelas visi misi ruang rawat dan RS.
• Hanya terdapat satu publikasi visi misi ruang rawat yang terpajang di figura kecil yang tidak menarik untuk dibaca di ruang rawat tersebut.
• Tidak terdapat visi dan misi RS yang terpajang di ruang rawat tersebut.
• Perawat banyak mengeluhkan sulit untuk mendapat fasilitas untuk melanjutkan pendidikannya.
• Jumlah S1 keperawatan hanya 2 orang, sementara yang lainnya adalah lulusan D3 dan masih ada yang SPK.
• Terdapat 80% perawat yang belum mendapat sertifikasi bedah, padahal mereka bekerja di ruang rawat bedah.
• Perawat mengaku masih bingung dan belum tahu jelas mengenai SOP asuhan keperawatan bedah.
• Tidak adanya SOP tertulis di ruang rawat tersebut.
• Beban kerja perawat cukup berat dan melelahkan karena tidak sesuai dengan proporsi
• Sebagai RS tipe B, seharusnya rasio perawat: TT yaitu 1:1, sehingga dengan 34 TT seharusnya tersedia 34 perawat.


Opportunity:
• Rumah sakit menjalin link atau hubungan kerjasama dengan organisasi PPNI
• Adanya PPNI komisariat RS yang menaungi profesi keperawatan
• Satu orang perawat pendidikan D3 keperawatan sedang melanjutkan pendidikan S1 Keperawatan dan masih tetap bekerja
• Berdasarkan usia tenaga keperawatan antara lain,
 Usia 20-25 tahun : 4 orang (25 %)
 Usia 26-30 tahun : 6 orang (37,5 %)
Hal ini dikarenakan ada peluang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Threat:
• RS kurang mensosialisasikan SOP keperawatan dengan baik.
• Realisasi program beasiswa dari RS kurang dirasakan oleh perawat.
• Buku Pedoman Pasien baru belum sempurna (catatan perkembangan, petugas yang mera-wat, persiapan pasien pulang dan orientasi penerimaan pasien baru belum dilaksanakan sesuai pedoman).
• Belum ada rencana dari RS untuk menambah jumlah perawat.
• Kurangnya pelatihan dan workshop untuk perawat.
• Di sekitar rumah sakit terdapat rumah sakit swasta lainnya yang memiliki fasilitas lengkap.
• Banyak klien yang mengeluhkan kepada kepala ruangan bahwa perawat kurang memberikan pendidikan kesehatan pada klien sehingga klien tidak mendapatkan informasi yang jelas.
• Banyak keluarga klien yang mengatakan kepada kepala ruang rawat bahwa perawat kurang ramah dan jarang tersenyum.




3. Pengorganisasian data

Data Penunjang Data Penghambat Masalah
 Hasil survey direktur
keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan eksternal sebesar 75%.
 Dalam satu tahun terakhir terdapat 4 kasus malpraktik yang dikeluhkan oleh keluarga pasien.
 Pada kotak kritik dan saran terdapat banyak komentar mengenai perawat yang tidak ramah.
 Banyak klien yang mengeluhkan kepada kepala ruangan bahwa perawat kurang memberikan pendidikan kesehatan pada klien sehingga klien tidak mendapatkan informasi yang jelas.
 Banyaknya keluarga klien yang mengatakan kepada kepala perawat bahwa perawat kurang ramah dan jarang senyum
 Rasio perawat masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah tempat tidur/ jumlah klien.
 Belum ada kebijakan rumah sakit untuk menambah jumlah perawat.
 Terdapat 80% perawat yang belum memiliki sertifikasi bedah.
 Dokumentasi asuhan kepesrawatan masih kurang baik.
Ketidakpuasan pelanggan eksternal 75%


Data Penunjang Data Penghambat Masalah
 Length of Stay (LOS) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 10-12 hari, dengan ALOS adalah 11 hari.Hal ini tidak sesuai dengan standar ideal LOS yakni 6-9 hari.
 Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan internal sebesar 68%.
 Hasil survey kepala ruangan menunjukkan bahwa 67% perawat dan staf lainnya tidak mengetahui dengan jelas visi misi ruang rawat dan RS.
 Hanya terdapat satu publikasi visi misi ruang rawat yang terpajang di figura kecil yang tidak menarik untuk dibaca di ruang rawat tersebut.
 Perawat banyak mengeluhkan sulit mendapatkan fasilitas untuk melanjutkan
Pendidikan  RS kurang mensosialisasikan SOP keperawatan dengan baik.
 Realisasi program beasiswa dari RS kurang dirasakan oleh perawat.
 Buku Pedoman Pasien baru belum sempurna (catatan perkembangan, petugas yang mera-wat, persiapan pasien pulang dan orientasi penerimaan pasien baru belum dilaksanakan sesuai pedoman).
 Belum ada rencana dari RS untuk menambah jumlah perawat.
 Kurangnya pelatihan dan workshop untuk perawat Ketidakpuasan pelanggan internal 68 %
Data Penunjang Data Penghambat Masalah
 Tidak terdapat visi dan misi RS yang terpajang di ruang rawat tersebut.
 Jumlah S1 keperawatan hanya 2 orang, sementara yang lainnya adalah lulusan D3 dan masih ada yang SPK.
 Terdapat 80% perawat yang belum mendapat sertifikasi bedah, padahal mereka bekerja di ruang rawat bedah.
 Perawat mengaku masih bingung dan belum tahu jelas mengenai SOP asuhan keperawatan bedah.
 Tidak adanya SOP tertulis di ruang rawat tersebut.
 Beban kerja perawat cukup berat dan melelahkan karena tidak sesuai dengan proporsi.
 Sebagai RS tipe B, seharusnya rasio perawat: TT yaitu 1:1, sehingga dengan 34 TT seharusnya tersedia 34 perawat.


PENUTUP

Kesimpulan
Perencanaan merupakan proses yang penting dan sangat dibutuhkan oleh manajer untuk menentukan atau meramal hasil dari suatu kegiatan yang akan dilakukan. Perencanaan yang dibentuk sebaiknya didasarkan pada sumber-sumber yang tersedia seperti: SDM, waktu, keuangan dan sumber lainnya yang mendukung pembentukan perencanaan tersebut. Perencanaan yang dibentuk pada suatu rumah sakit atau ruang rawat sangat diperlukan untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan atau menentukan intervensi keperawatan yang sesuai standar professional. Oleh karena itu, dalam membuat suatu perencanaan sebaiknya dilakukan sesuai dengan kebutuhan atau sumber-sumber yang telah tersedia, sehingga memperoleh suatu keputusan hasil yang berguna bagi pengembangan rumah sakit selanjutnya.

Saran
Pimpinan atau manajer keperawatan sebaiknya membuat suatu perencanaan dalam melaksanakan suatu kegiatan, hal ini sangat membantu dalam pengambilan keputusan atau dalam mengadakan perubahan berikutnya. Selain itu, seorang manajer keperawatan harus membuat perencanaan yang sistematis dan atas keputusan bersama dengan tim keperawatan lainnya sehingga memperoleh hasil kegiatan yang optimal.














Daftar Pustaka

Arwani dan Heru. (2006). Manajemen bangsal keperawatan. Jakarta: EGC
Gillies, Dee Ann. (1994). Nursing management: A systems approach. 3rd ed. USA: W.B Saunders Company.
Marquis, Bessie L. (2000). Leadership roles and management functions in nursing: Theory and aplication. 3rd ed.Philadelphia: Lippincott.
Marquis, Bessie L. (2000). Leadership roles and management functions in nursing: Theory and aplication. 4th ed.Philadelphia: Lippincott.
Swansburg, R. C, dan Richard J. S. (1999). Introductory management and leadership for nurses. 2nd Ed. Massachusetts: Jones and Bartlett Publisher