Monday 10 August 2009

Manajemen Keperawatan - Perencanaan/Planning

MANAJEMEN KEPERAWATAN


TUGAS MATA KULIAH
“PERENCANAAN”





KELOMPOK 3:
Anastasia Indrayati Ganis 1305007017
Dewi Kusumaningsih 1305000187
E.D. Sarzani 1305000276
Leo Ginting 1305000659
Luli Hanna R. Panjaitan 1305000713
Mia Ilmiawaty Sa’adah 1304000493
Dedi Irawan 0606102202



FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2009


A. PENDAHULUAN

Perencanaan dalam manajemen keperawatan memiliki peranan penting dalam fungsi manajemen keperawatan. Perencanaan merupakan dasar untuk melakukan kegiatan. Tanpa adanya perencanaan yang baik, maka proses manajemen tidak akan berjalan dengan baik (Marquis & Huston, 2000).
Seorang manajer keperawatan harus memiliki kemampuan leadership/ kepemimpinan yang baik seperti keterampilan membuat visi dan kreativitas (Marquis & Huston, 2000). Visi berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai. Oleh karena itu, visi tersebut membantu manajer keperawatan untuk dapat membuat perencanaan yang adekuat, sehingga tanpa adanya visi maka tujuan-tujuan yang akan dicapai tidak akan dapat dibayangkan apalagi direncanakan.
Perencanaan dalam manajemen keperawatan tentu tidak terlepas dari kaitannya dengan perawat sebagai pemberi layanan keperawatan dan masyarakat sebagai penerima layanan keperawatan. Swansburg (1999) menyatakan bahwa perencanaan dalam keperawatan dapat memastikan klien atau pasien akan menerima layanan keperawatan yang mereka butuhkan dan inginkan. Selain itu, pelayanan-pelayanan tersebut dapat diberikan oleh perawat-perawat yang memiliki kepuasan bekerja.


B. Tinjauan Teoritis Perencanaan

Perencanaan dapat diartikan dengan memutuskan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan, siapa yang akan mengerjakan, bagaimana, kapan, dan dimana sesuatu itu akan dilakukan (Marquis & Huston, 2000).
Perencanaan adalah sebuah proses berkelanjutan yang diawali dengan menyusun tujuan, capaian, dan rencana-rencana tindakan untuk mencapai tujuan tersebut, mempertimbangkan proses dan hasil, memberikan umpan balik kepada personel, dan memodifikasi rencana-rencana (tersebut) saat diperlukan (Swansburg, 1999).
Dalam keperawatan perencanaan membantu untuk memastikan pasien pasien akan menerima pelayanan keperawatan sesuai dengan keinginan atau kebutuhan klien (Swansburg, 1999)


Tujuan perencanaan
1. Meningkatkan pencapaian kesuksesan difokuskan pada hasil bukan pelaksanaan
2. Menuntut kita untuk berpikir kritis dan mengevaluasi alternative-alternatif yang bisa mengembangkan atau mengubah keputusan
3. Membentuk suatu struktur untuk pengambilan keputusan yang konsisten sesuai dengan tujuan top management
4. Mengajak atau menggerakan orang-orang untuk bekerja atau bertindak aktif daripada bersikap reaktif
5. Mengatur kegiatan hari-perhari atau kegiatan jangka pangjang yang terfokus
6. Membantu menghindari krisis manajemen dan memberikn fleksibilitas pengambilanan keputusan
7. Menyediakan suatu dasar untuk mengatur organisasi dan performa individu
8. Meningkatkan keterlibatan karyawan dan mengembangkan komunikasi
9. Membuat efektifitas kerja dan biaya


Perencanaan Tenaga Keperawatan

Perencanaan tenaga atau staffing merupakan salah satu fungsi utama seorang pemimpin organisasi, termasuk organisasi keperawatan. Penentuan tenaga keperawatan dipengaruhi oleh keinginan untuk menggunakan tenaga keperawatan yang sesuai. Untuk lebih akuratnya dalam perencanaan tenaga keperawatan, maka pimpinan keperawatan harus mempunyai keyakinan tertentu dalam organisasinya, seperti rasio antara perawat dan klien saat shift pagi atau sore adalah 1:5, untuk malam hari di ruang rawat 1:10.
Berdasarkan surat keputusan menteri kesehatan No. 262 Tahun 1979, kebutuhan tenaga didasarkan pada rasio tempat tidur yang tersedia di kelas masing-masing. Misalnya rumah sakit kelas D, tempat tidur: tenaga keperawatan = 2:1.
Menurut Wastler dalam Swansburg tahun 1999, proporsi tenaga keperawatan dibagi per shift :
- Dinas pagi 47 %
- Dinas sore 36 %
- Dinas malam 17 %
Kasus Pemicu dan Pembahasan
 Kasus:
Anda adalah seorang kepala ruang rawat bedah laki-laki dengan 34 TT dan BOR 85%. Staf anda terdiri dari 15 perawat, 4 POS, 1 tenaga administrasi, & 3 cleaning service. Hasil survey direktur keperawatan saudara menunjukkan adanya ketidakpuasan dari pelanggan saudara (75% pelanggan ekternal & 68% pelanggan internal). Bagaimana proses perencanaan saudara menanggapi permasalahan diatas?

 Pembahasan
Proses Perencanaan

Hierarki perencanaan, meliputi:
Rumah Sakit Ojo Radiat

Visi
Terwujudnya Rumah Sakit Ojo Radiat sebagai rujukan utama daerah di Jawa Barat yang unggul, mandiri dan berkualitas dalam pelayanan bedah secara holistik tahun 2020.
Misi
a. Mewujudkan pelayanan kesehatan profesional, bermutu dan bersahabat untuk mewujudkan kepuasan pelanggan.
b. Mengembangkan jiwa (sikap mental) wirausaha dalam menyelenggarakan pelayanan mandiri yang bertumpu pada pemberdayaan seluruh potensi rumah sakit dan penggolongan kemitraan seluas-luasnya.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bedah dalam kedudukannya sebagai pusat rujukan daerah, pendidikan dan pengembangan keilmuan di bidang kesehatan bedah.
d. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan yang bermutu.
Hierarki perencanaan ruang rawat Arjuna, meliputi:
1 Visi
Terwujudnya ruang rawat bedah laki-laki berkualitas tinggi yang memberikan perawatan secara holistik tahun 2020.
2 Misi
a. Memberikan pelayanan perawatan bedah laki-laki yang profesional, bermutu dan bersahabat untuk mewujudkan kepuasan pelanggan.
b. Memberikan perawatan bedah laki-laki dalam kedudukannya sebagai pusat rujukan daerah.
c. Memberikan pelatihan-pelatihan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas perawatan bedah.
d. Mendorong dan memfasilitasi tenaga kesehatan untuk mengadakan penelitian perawatan bedah di ruang rawat bedah laki-laki.
3 Filosofi
Profesional dalam melayani
4 Tujuan
Tujuan jangka panjang
Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal secara holistik dan berbasis evidence based practice.
Tujuan jangka pendek
- Mengoptimalkan proses penyembuhan klien dengan memberikan asuhan keperawatan yang holistik di ruang rawat bedah laki-laki
- Mencegah terjadinya infeksi nosokomial di ruang rawat bedah laki-laki
- Memandirikan klien dan keluarga pasca operasi dan reabilitasi
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan secara kontinu.
- Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berbasis evidence based practice
5 Kebijakan
a. Gaya kepemimpinan kepala ruangan bersifat situasional.
b. Kepala ruangan melakukan sistem reward dan punishment kepada staf.
c. Kepala ruangan melibatkan stafnya dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan.
d. Kepala ruangan mengupayakan kebijakan pelatihan klinik tenaga kesehatan.
e. Merekomendasikan tenaga kesehatan yang kinerjanya baik kepada pihak rumah sakit untuk diikutsertakan dalam program beasiswa.
f. Kepala ruangan selalu mengevaluasi kinerja stafnya setiap satu bulan sekali.
g. Mengoptimalkan sistem pendokumentasian keperawatan.
h. Memiliki standar operasional prosedur.




6. Prosedur
Pasien yang keluar dari ruang UGD akan diantar ke ruang rawat. Di ruang rawat, bagian administrasi akan menerima informasi penerimaan pasien baru tersebut dengan rincian:
1) informasi kelas yang akan dipilih
2) informasi pola tarif
3) informasi persyaratan
4) tanda tangan perjanjian
5) pengecekan kembali status klien dan memasukkan ke buku register baru.
Setelah itu, kepala ruangan memeriksa atau melengkapi informasi atau status klien dengan memperhatikan surat pengantar rawat pasien dari poli UGD, memperhatikan instruksi yang tertera dari perawatan di UGD dan melakukan pengecekan ulang mengenai kelengkapan data pasien. Di lain pihak, perawat menyiapkan tempat tidur yang siap pakai, lengkap dengan set KDM. Setelah melengkapi proses administrasi, perawat menerima pasien dengan 5SP (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun, Profesional), kemudian memindahkan pasien ke tempat tidur yang telah disiapkan, mengatur kenyamanan pasien, memberikan info mengenai fasilitas yang terdapat di ruangan, lalu memulai proses keperawatan.

Tahap/Langkah Perencanaan

1. Pengumpulan data
• Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki visi & misi yang jelas
• Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki SOP yang jelas
• Rumah sakit mengadakan pelatihan seminar medikal bedah untuk tenaga kesehatan
• Kapasitas TT di ruang rawat bedah laki-laki adalah 34 buah
• Bed Occupied Rate (BOR) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 85 % (34 x 85 % = 29 TT yang terpakai). Hal ini dikarenakan sesuai standar idealnya BOR adalah 60-85%.
• Perawat bersertifikasi bedah 3 orang dari 15 orang (20 %)
• Jumlah perawat yang berusia 31-40 tahun adalah 6 orang (37,5 %) dan berpengalaman.
• Ruangan:
- Terdapat 5 kamar untuk kelas tiga, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT non AC
- Terdapat 2 kamar untuk kelas dua, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT AC
- Teradapat 2 kamar untuk kelas satu, dengan masing-masing kamar terdiri dari 2 TT AC
- Terdapat 2 kamar isolasi, dengan masing-masing kamar terdiri dari 1 TT
- Kondisi bangunan ruangan kokoh
- Peralatan yang ada di ruangan bedah lengkap
• Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan eksternal sebesar 75%.
• Dalam satu tahun terakhir terdapat 4 kasus malpraktik yang dikeluhkan oleh keluarga pasien.
• Pada kotak kritik dan saran terdapat banyak komentar mengenai perawat yang tidak ramah.
• Length of Stay (LOS) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 10-12 hari, dengan ALOS adalah 11 hari.Hal ini tidak sesuai dengan standar ideal LOS yakni 6-9 hari.
• Rasio perawat masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah tempat tidur/ jumlah klien.
• Terdapat 80% perawat yang belum memiliki sertifikasi bedah.
• Dokumentasi asuhan keperawatan masih kurang baik.
• Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan internal sebesar 68%.
• Hasil survey kepala ruangan menunjukkan bahwa 67% perawat dan staf lainnya tidak mengetahui dengan jelas visi misi ruang rawat dan RS.
• Hanya terdapat satu publikasi visi misi ruang rawat yang terpajang di figura kecil yang tidak menarik untuk dibaca di ruang rawat tersebut.
• Tidak terdapat visi dan misi RS yang terpajang di ruang rawat tersebut.
• Perawat banyak mengeluhkan sulit untuk mendapat fasilitas untuk melanjutkan pendidikannya.
• Jumlah S1 keperawatan hanya 2 orang, sementara yang lainnya adalah lulusan D3 dan masih ada yang SPK.
• Terdapat 80% perawat yang belum mendapat sertifikasi bedah, padahal mereka bekerja di ruang rawat bedah.
• Perawat mengaku masih bingung dan belum tahu jelas mengenai SOP asuhan keperawatan bedah.
• Tidak adanya SOP tertulis di ruang rawat tersebut.
• Beban kerja perawat cukup berat dan melelahkan karena tidak sesuai dengan proporsi
• Sebagai RS tipe B, seharusnya rasio perawat: TT yaitu 1:1, sehingga dengan 34 TT seharusnya tersedia 34 perawat.
• Rumah sakit menjalin link atau hubungan kerjasama dengan organisasi PPNI
• Adanya PPNI komisariat RS yang menaungi profesi keperawatan
• Satu orang perawat pendidikan D3 keperawatan sedang melanjutkan pendidikan S1 Keperawatan dan masih tetap bekerja
• Berdasarkan usia tenaga keperawatan antara lain,
 Usia 20-25 tahun : 4 orang (25 %)
 Usia 26-30 tahun : 6 orang (37,5 %)
Hal ini dikarenakan ada peluang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
• RS kurang mensosialisasikan SOP keperawatan dengan baik.
• Realisasi program beasiswa dari RS kurang dirasakan oleh perawat.
• Buku Pedoman Pasien baru belum sempurna (catatan perkembangan, petugas yang mera-wat, persiapan pasien pulang dan orientasi penerimaan pasien baru belum dilaksanakan sesuai pedoman).
• Belum ada rencana dari RS untuk menambah jumlah perawat.
• Kurangnya pelatihan dan workshop untuk perawat.
• Di sekitar rumah sakit terdapat rumah sakit swasta lainnya yang memiliki fasilitas lengkap.
• Banyak klien yang mengeluhkan kepada kepala ruangan bahwa perawat kurang memberikan pendidikan kesehatan pada klien sehingga klien tidak mendapatkan informasi yang jelas.
• Banyak keluarga klien yang mengatakan kepada kepala ruang rawat bahwa perawat kurang ramah dan jarang tersenyum.

2. Analisis lingkungan  Analisa SWOT

Strength :
• Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki visi & misi yang jelas
• Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki SOP yang jelas
• Rumah sakit mengadakan pelatihan seminar medikal bedah untuk tenaga kesehatan
• Kapasitas TT di ruang rawat bedah laki-laki adalah 34 buah
• Bed Occupied Rate (BOR) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 85 % (34 x 85 % = 29 TT yang terpakai). Hal ini dikarenakan sesuai standar idealnya BOR adalah 60-85%.
• Perawat bersertifikasi bedah 3 orang dari 15 orang (20 %)
• Jumlah perawat yang berusia 31-40 tahun adalah 6 orang (37,5 %) dan berpengalaman.
• Ruangan:
- Terdapat 5 kamar untuk kelas tiga, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT non AC
- Terdapat 2 kamar untuk kelas dua, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT AC
- Teradapat 2 kamar untuk kelas satu, dengan masing-masing kamar terdiri dari 2 TT AC
- Terdapat 2 kamar isolasi, dengan masing-masing kamar terdiri dari 1 TT
- Kondisi bangunan ruangan kokoh
- Peralatan yang ada di ruangan bedah lengkap



Weakness:
• Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan eksternal sebesar 75%.
• Dalam satu tahun terakhir terdapat 4 kasus malpraktik yang dikeluhkan oleh keluarga pasien.
• Pada kotak kritik dan saran terdapat banyak komentar mengenai perawat yang tidak ramah.
• Length of Stay (LOS) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 10-12 hari, dengan ALOS adalah 11 hari.Hal ini tidak sesuai dengan standar ideal LOS yakni 6-9 hari.
• Rasio perawat masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah tempat tidur/ jumlah klien.
• Terdapat 80% perawat yang belum memiliki sertifikasi bedah.
• Dokumentasi asuhan keperawatan masih kurang baik.
• Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan internal sebesar 68%.
• Hasil survey kepala ruangan menunjukkan bahwa 67% perawat dan staf lainnya tidak mengetahui dengan jelas visi misi ruang rawat dan RS.
• Hanya terdapat satu publikasi visi misi ruang rawat yang terpajang di figura kecil yang tidak menarik untuk dibaca di ruang rawat tersebut.
• Tidak terdapat visi dan misi RS yang terpajang di ruang rawat tersebut.
• Perawat banyak mengeluhkan sulit untuk mendapat fasilitas untuk melanjutkan pendidikannya.
• Jumlah S1 keperawatan hanya 2 orang, sementara yang lainnya adalah lulusan D3 dan masih ada yang SPK.
• Terdapat 80% perawat yang belum mendapat sertifikasi bedah, padahal mereka bekerja di ruang rawat bedah.
• Perawat mengaku masih bingung dan belum tahu jelas mengenai SOP asuhan keperawatan bedah.
• Tidak adanya SOP tertulis di ruang rawat tersebut.
• Beban kerja perawat cukup berat dan melelahkan karena tidak sesuai dengan proporsi
• Sebagai RS tipe B, seharusnya rasio perawat: TT yaitu 1:1, sehingga dengan 34 TT seharusnya tersedia 34 perawat.


Opportunity:
• Rumah sakit menjalin link atau hubungan kerjasama dengan organisasi PPNI
• Adanya PPNI komisariat RS yang menaungi profesi keperawatan
• Satu orang perawat pendidikan D3 keperawatan sedang melanjutkan pendidikan S1 Keperawatan dan masih tetap bekerja
• Berdasarkan usia tenaga keperawatan antara lain,
 Usia 20-25 tahun : 4 orang (25 %)
 Usia 26-30 tahun : 6 orang (37,5 %)
Hal ini dikarenakan ada peluang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Threat:
• RS kurang mensosialisasikan SOP keperawatan dengan baik.
• Realisasi program beasiswa dari RS kurang dirasakan oleh perawat.
• Buku Pedoman Pasien baru belum sempurna (catatan perkembangan, petugas yang mera-wat, persiapan pasien pulang dan orientasi penerimaan pasien baru belum dilaksanakan sesuai pedoman).
• Belum ada rencana dari RS untuk menambah jumlah perawat.
• Kurangnya pelatihan dan workshop untuk perawat.
• Di sekitar rumah sakit terdapat rumah sakit swasta lainnya yang memiliki fasilitas lengkap.
• Banyak klien yang mengeluhkan kepada kepala ruangan bahwa perawat kurang memberikan pendidikan kesehatan pada klien sehingga klien tidak mendapatkan informasi yang jelas.
• Banyak keluarga klien yang mengatakan kepada kepala ruang rawat bahwa perawat kurang ramah dan jarang tersenyum.




3. Pengorganisasian data

Data Penunjang Data Penghambat Masalah
 Hasil survey direktur
keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan eksternal sebesar 75%.
 Dalam satu tahun terakhir terdapat 4 kasus malpraktik yang dikeluhkan oleh keluarga pasien.
 Pada kotak kritik dan saran terdapat banyak komentar mengenai perawat yang tidak ramah.
 Banyak klien yang mengeluhkan kepada kepala ruangan bahwa perawat kurang memberikan pendidikan kesehatan pada klien sehingga klien tidak mendapatkan informasi yang jelas.
 Banyaknya keluarga klien yang mengatakan kepada kepala perawat bahwa perawat kurang ramah dan jarang senyum
 Rasio perawat masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah tempat tidur/ jumlah klien.
 Belum ada kebijakan rumah sakit untuk menambah jumlah perawat.
 Terdapat 80% perawat yang belum memiliki sertifikasi bedah.
 Dokumentasi asuhan kepesrawatan masih kurang baik.
Ketidakpuasan pelanggan eksternal 75%


Data Penunjang Data Penghambat Masalah
 Length of Stay (LOS) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 10-12 hari, dengan ALOS adalah 11 hari.Hal ini tidak sesuai dengan standar ideal LOS yakni 6-9 hari.
 Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan internal sebesar 68%.
 Hasil survey kepala ruangan menunjukkan bahwa 67% perawat dan staf lainnya tidak mengetahui dengan jelas visi misi ruang rawat dan RS.
 Hanya terdapat satu publikasi visi misi ruang rawat yang terpajang di figura kecil yang tidak menarik untuk dibaca di ruang rawat tersebut.
 Perawat banyak mengeluhkan sulit mendapatkan fasilitas untuk melanjutkan
Pendidikan  RS kurang mensosialisasikan SOP keperawatan dengan baik.
 Realisasi program beasiswa dari RS kurang dirasakan oleh perawat.
 Buku Pedoman Pasien baru belum sempurna (catatan perkembangan, petugas yang mera-wat, persiapan pasien pulang dan orientasi penerimaan pasien baru belum dilaksanakan sesuai pedoman).
 Belum ada rencana dari RS untuk menambah jumlah perawat.
 Kurangnya pelatihan dan workshop untuk perawat Ketidakpuasan pelanggan internal 68 %
Data Penunjang Data Penghambat Masalah
 Tidak terdapat visi dan misi RS yang terpajang di ruang rawat tersebut.
 Jumlah S1 keperawatan hanya 2 orang, sementara yang lainnya adalah lulusan D3 dan masih ada yang SPK.
 Terdapat 80% perawat yang belum mendapat sertifikasi bedah, padahal mereka bekerja di ruang rawat bedah.
 Perawat mengaku masih bingung dan belum tahu jelas mengenai SOP asuhan keperawatan bedah.
 Tidak adanya SOP tertulis di ruang rawat tersebut.
 Beban kerja perawat cukup berat dan melelahkan karena tidak sesuai dengan proporsi.
 Sebagai RS tipe B, seharusnya rasio perawat: TT yaitu 1:1, sehingga dengan 34 TT seharusnya tersedia 34 perawat.


PENUTUP

Kesimpulan
Perencanaan merupakan proses yang penting dan sangat dibutuhkan oleh manajer untuk menentukan atau meramal hasil dari suatu kegiatan yang akan dilakukan. Perencanaan yang dibentuk sebaiknya didasarkan pada sumber-sumber yang tersedia seperti: SDM, waktu, keuangan dan sumber lainnya yang mendukung pembentukan perencanaan tersebut. Perencanaan yang dibentuk pada suatu rumah sakit atau ruang rawat sangat diperlukan untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan atau menentukan intervensi keperawatan yang sesuai standar professional. Oleh karena itu, dalam membuat suatu perencanaan sebaiknya dilakukan sesuai dengan kebutuhan atau sumber-sumber yang telah tersedia, sehingga memperoleh suatu keputusan hasil yang berguna bagi pengembangan rumah sakit selanjutnya.

Saran
Pimpinan atau manajer keperawatan sebaiknya membuat suatu perencanaan dalam melaksanakan suatu kegiatan, hal ini sangat membantu dalam pengambilan keputusan atau dalam mengadakan perubahan berikutnya. Selain itu, seorang manajer keperawatan harus membuat perencanaan yang sistematis dan atas keputusan bersama dengan tim keperawatan lainnya sehingga memperoleh hasil kegiatan yang optimal.














Daftar Pustaka

Arwani dan Heru. (2006). Manajemen bangsal keperawatan. Jakarta: EGC
Gillies, Dee Ann. (1994). Nursing management: A systems approach. 3rd ed. USA: W.B Saunders Company.
Marquis, Bessie L. (2000). Leadership roles and management functions in nursing: Theory and aplication. 3rd ed.Philadelphia: Lippincott.
Marquis, Bessie L. (2000). Leadership roles and management functions in nursing: Theory and aplication. 4th ed.Philadelphia: Lippincott.
Swansburg, R. C, dan Richard J. S. (1999). Introductory management and leadership for nurses. 2nd Ed. Massachusetts: Jones and Bartlett Publisher

No comments:

Post a Comment